Tidak hanya anak-anak yang menggandrungi tren "om telolet om" tetapi para remaja hingga orang dewasa. Mereka berkumpul di pinggir jalan raya yang dianggap strategis sambil membawa tulisan yang berbunyi "om telolet om", dan meneriakkannya ketika bus sudah mulai datang. Mereka kemudian bersorak girang setelah supir bus membunyikan klakson teloletnya.
Aksi ini viral di berbagai platform media sosial hingga saluran televisi. Namun tahun 2016 tren ini sudah mulai hilang karena terdapat protes dari berbagai pihak.
Akhir-akhir ini, di tahun 2023 ini tren ini kembali viral dengan istilah yang baru yaitu "telolet basuri". Banyak yang baru dari tren yang satu ini, irama tlakson bus lebih unik dan harmoni tidak hanya berbunyi telolet, musiknya lebih hidup dan bervariasi.
Tidak hanya klakson bus yang berbunyi seperti musik, tetapi bus juga hadir dengan kerlap-kerlip variasi lampu depan, lampu sein, lampu alis, dll.
Istilah "basuri" mungkin lebih merujuk kepada suara klakson yang hampir menyerupai unggas "Swang", yang kemudian arif lokal di jawa menjadi "Basur" walaupan antara Swang dan Basur adalah jenis unggas yang berbeda.
Entah dari mana datangnya istilah "Telolet Basuri", namun semoga tren ini tidak berdampak negatif.
Lalu bagaimanakah klakson ini di mata peraturan lalulintas? Akan kita bahas di kesempatan lainnya.